Aksara Wyanjana
꧁ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦮꦾꦚ꧀ꦗꦤ꧂
adalah aksara konsonan dengan vokal inheren /a/ atau /ɔ/. Sebagai salah satu aksara turunan Brahmi, aksara Jawa pada awalnya memiliki 33 aksara wyanjana untuk menuliskan 33 bunyi konsonan yang digunakan dalam bahasa Sanskerta dan Kawi.
ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦮꦾꦚ꧀ꦗꦤꦴꦝꦭꦃꦄꦏ꧀ꦱꦫ
ꦏꦺꦴꦤ꧀ꦱꦺꦴꦤꦤ꧀ꦝꦼꦔꦤ꧀ꦥ꦳ꦺꦴꦏꦭꦶ
ꦤ꧀ꦲꦺꦉꦤ ꧌ a ꧍ ꦄꦠꦻꦴ ꧌ ɔ ꧍꧉
ꦱꦼꦧꦒꦻꦱꦭꦃꦱꦠꦸꦄꦏ꧀ꦱꦫꦠꦸꦫꦸ
ꦤꦤ꧀ꦧꦿꦲ꧀ꦩꦶ꧈ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮꦥꦝꦴꦮꦭ꧀ꦚ
ꦩꦼꦩꦶꦭꦶꦏꦶ꧇꧓꧓꧇ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦮꦾꦚ꧀ꦗꦤ
Bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:
Dalam perkembangannya, bahasa Jawa modern tidak lagi menggunakan keseluruhan aksara wyanjana dalam deret Sanskerta - Kawi. Aksara Jawa modern hanya menggunakan 20 bunyi konsonan dan 20 aksara dasar yang kemudian disebut sebagai aksara nglegena (ꦄꦏ꧀ꦰꦫꦔ꧀ꦭꦼꦒꦼꦤ).
Sebagian aksara yang tersisa kemudian dialihfungsikan sebagai aksara murda (ꦄꦏ꧀ꦰꦫꦩꦸꦂꦢ) untuk menuliskan gelar dan nama yang dihormati, baik nama tokoh legenda (misal Bima ditulis ꦨꦶꦩ) maupun nyata (misal Pakubuwana ditulis ꦦꦑꦸꦨꦸꦮꦟ).
Dari 20 aksara nglegena, hanya 9 aksara yang mempunyai bentuk murda, oleh karena itu penggunaan murda tidak identik dengan penggunaan huruf kapital di dalam ejaan Latin apabila suku kata pertama suatu nama tidak memiliki bentuk murda, maka suku kata kedua yang menggunakan murda.
Apabila suku kata kedua juga tidak memiliki bentuk murda, maka suku kata ketiga yang menggunakan murda, begitu seterusnya. Nama yang sangat dihormati dapat ditulis seluruhnya dengan murda apabila memungkinkan.
Dalam penulisan tradisional, penerapan murda tidaklah selalu konsisten dan pada dasarnya bersifat pilihan, sehingga nama seperti Gani dapat dieja ꦒꦤꦶ (tanpa murda), ꦓꦤꦶ (dengan murda di awal), atau ꦓꦟꦶ (seluruhnya menggunakan murda) tergantung dari latar belakang dan konteks penulisan yang bersangkutan.
Sisa aksara yang tidak termasuk nglegena maupun murda adalah aksara mahaprana. Aksara mahaprana tidak memiliki fungsi dalam penulisan Jawa modern dan hanya digunakan dalam penulisan bahasa Sanskerta - Kawi.
ꦏꦺꦴꦩꦺꦤ꧀ꦠꦂ :
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda