Manual Atau Digital ?
꧋ꦩꦤ꧀ꦮꦭꦠꦻꦴꦝꦶꦗꦶꦠꦭ꧀?
Beraksara di jaman digital ini, masih perlukah belajar menulis aksara Jawa dengan manual tangan?
ꦧꦼꦫꦏ꧀ꦱꦫꦝꦶꦗꦩꦤ꧀ꦝꦶꦗꦶꦠꦭꦶꦤꦶꦩꦱꦶꦃ
ꦥꦽꦭꦸꦏꦃꦧꦼꦭꦗꦫ꧀ꦩꦼꦤꦸꦭꦶꦱꦏ꧀ꦱꦫꦗ
ꦮꦝꦼꦔꦤ꧀ꦩꦤ꧀ꦮꦭ꧀ꦠꦔꦤ꧀?
Tergantung kebutuhan
Saat ini fasilitas pembelajaran aksara Jawa banyak dimudahkan dengan aplikasi digital. Bahkan banyak tim dan komunitas memperjuangkan agar aksara (daerah manapun) masuk ke ranah digital dan diakui secara internasional dengan masuk Unicode.
Font dan keyboard dibuat demi memenuhi hasrat perdigitalan, bahkan secara serius diajukan agar memperoleh standar pengakuan baik nasional maupun internasional. Diharapkan bahwa semua peralatan elektronik berupa gadget dan laptop/PC harus mampu beraksara, dalam hal ini beraksara Jawa.
Manual dianaktirikan?
Belajar aksara Jawa dengan menulis secara manual menjamin ingatan manusia terhadap aksara terendap lebih lama, karena tidak mengandalkan otak saja tapi juga gerakan motorik tangan.
Digital hanya mengandalkan ingatan saja, gerakan membentuk aksara tidak terekam dalam otak, sehingga mudah lupa jika tidak dipakai dalam waktu lama.
Manual saat ini hanya bisa diaplikasikan dalam ranah seni, seperti kaligrafi, lukisan unik aksara, membuat patung aksara, dll. Tapi untuk menulis artikel, serat, cerpen, dll., manual sama sekali tidak bisa diandalkan. Selain hanya bisa menghasilkan satu karya tanpa bisa di-copy, juga susah penyimpanannya.
Kebanggaan bermanual boleh saja, jika memang karyanya memiliki nilai seni yang tinggi (nilai seni hanya bisa dinilai oleh orang lain, bukan diri sendiri). Pengakuan nilai seni ini yang saat ini sulit dihargai oleh orang lain, jika memang tidak sangat unik dan berharga. Itupun sekarang masih bisa dikalahkan oleh seni yang dihasilkan teknologi digital.
Kesimpulannya, manual boleh saja terutama untuk belajar dan mengendapkan ingatan akan aksara, tapi jika tidak memiliki bakat seni, beraksaralah secara digital.
ꦏꦺꦴꦩꦺꦤ꧀ꦠꦂ :
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda